Rabu, 07 Juli 2010

Essensi Profesionalisme Akademisi dalam Perspektif Moral & Intelektual

Tak pernah akan ada perubahan atau perbaikan yang signifikan di dalam suatu institusi pendidikan, jika seorang akademisi tidak bersedia berkorban. Kekuatan sejati tidak terletak pada kekayaan, kepopuleran atau kekuatan fisik. Tapi keberanian untuk melakukan hal yang benar dan berfikir secara rasional. Seperti yang tertuang dalam puisi intermeso di bawah ini :

Pemimpin sejati tidak akan pernah mensengsarakan rakyatnya sendiri
Ulama sejati tidak akan pernah memelintir ayat-ayatnya sendiri
Dosen sejati tidak akan pernah membodohi mahasiswanya sendiri

Tapi apa yang ada di negara ini, tidak ada yang sejati
Uang palsu, Ijazah palsu, Gelar palsu, Oli palsu,
Penuh dengan KEPALSUAN

Seorang mahasiswa sangat sensitif terhadap setiap unsur kelemahan yang ada pada dosennya di suatu institusi pendidikan. Seorang dosen yang bertindak pengecut, tak akan bisa menciptakan rasa percaya diri pada seluruh mahasiswanya yang ada di instusi tersebut. Seorang akademisi harus punya keberanian untuk secara rela, menanggung resiko dan rela terhadap pengorbanan dirinya. Untuk meraih segala sesutu yang bernilai, diperlukan energi dalam jumlah besar. Energi ini punya harga tinggi dan kitalah yang pertama-tama harus membayarnya. Seorg dosen akan bisa mendapatkan kepercayaan dari para mahasiswanya hanya dengan menunjukan keberanian & berfikir rasional, yang diperlukan untuk bersikap profesional.

Kualitas dari pekerjaan seseorang adalah merek dari dirinya. Merek apa yang ingin kita tempelkan pada hidup kita ?. Pada dinding setiap rumah, kampus, kantor, dan ruang kerja harusnya tertulis kalimat. ”Disini yang baik hanyalah yang terbaik”. Jika setiap orang menjadikan kalimat ini sebagai motto hidupnya dan bertekad melakukan segala sesuatunya dengan mengerah segenap usaha terbaiknya., usaha usaha seperti ini pasti akan merevolusi peradaban kita. Kesalahan manusia merupakan hal yang sangat tragis. Jumlah korban yang tewas dalam kecelakaan lalulintas lebih banyak dibanding yang tewas dimedan perang. Hal ini merupakan pembunuhan yang tak perlu, tapi sebagai manusia, secara keseluruhan, kita tumbuh secara sembrono dan melakukan kesalahan-kesalahan karena ceroboh. Kita hanya punya kemauan setengah-setengah, tekad yang separuh-separuh, mengelak. Dari tanggung jawab, lulus sekolah dengan angka pas-pasan, melakukan pekerjaan kita hanya alakadarnya.

Mengerjakan tugas dengan setengah-setengah atau menunda mengerjakan sesuatu yang harus diselesaikan hari ini keesokannya. Sesuungguhnya, kita sering mengundang kesalahan manusia dan petaka karena sikap kita sendiri, sikap orang lain dan hal-hal lain nya secara keseluruan. Apapun yang kita lakukan dalam hidup ini, itulah yang akan kita dapatkan. Tak pernah ada orang yang masuk ke dalam kelas satu dengan usaha kelas 2 atau kelas 3. Apapun tugas kita, apapun yang kita lakukan dalam hidup ini, sesudah selesai mengerjakan sesuatu, hendaknya kita bisa berkata ”produk dari hasil kerja saya adalah hasil dari usaha yang sangat baik yang saya lakukan”. Saya bahagia, merek saya dicantumkan pada nama saya dan hidup saya. Jika kita tidak melakukan pekerjaan yang diberikan kepada kita dengan kemampuan yang terbaik yang kita miliki, cepat atau lambat kita akan tersingkir dari arena kehidupan.

Pepatatah mengatakan, dengan melihat pekerjaan seseorang. Anda bisa melihat siapa dia yang sebenarnya. Semangat dalam mengerjakan sesuatu mempengaruhi seluruh perkembangan dan prestasi yang kita capai dalam hidup ini. Kita tak mungkin mendapatkan rasa percaya diri yang diperlukan untuk menuai kemakmuran hidup jika kita melakukan tugas kita secara sembrono. Dari lubuk hati terdalam, sesungguhnya kita sudah kehilangan respek terhadap diri sendiri, yang diperlukan untuk mencapai sukses dalam hidup. Coba tanyakan pada sebagian besar orang. Mengapa mereka bekerja dan mereka akan menjawab. Mereka bekerja untuk mata pencaharian. Menyedihkan sekali ketidak pedulian dalam sekala besar ini adalah tragedi yang paling terkenal dalam hidup ini. Secara keseluruhan, hanya sedikit orang yang punya respek sejati terhadap pekerjaannya. Banyak yang menganggap pekerjaannya membosankan, mulai dari ibu rumah tangga, dosen, karyawan, pengacara, pedagang, sampai dengan pengusaha.

Setiap ungkapan kita harusnya merupakan ungkapan cinta. Setiap pekerjaan kita harusnya merupakan karya cinta. Kita harus menganggap semua pekerjaan merupakan langkah mencapai nilai-nilai kemanusiaan, mencapai pemenuhan hidup dalam memperluas jiwa dan raga. Anggapan sederhana ini harusnya bisa meningkatkan tugas harian kita keposisi yang penting, dan karena itu, bukan merupakan pekerjaan biasa-biasa atau membosankan.

Kita harus mengerjakan tugas kita sehari-hari dengan semangat seorang seniman. Mengerjakan setiap tugas dengan usaha yang terbaik. Semangat yang benar akan membuat semua pekerjaan menjadi menyenangkan. Sukses dalam hal kecil akan mendatangkan sukses yang lebih besar dalam hidup. Jika apapun yang kita lakukan, yang dalam beberapa skala kecil dimaksudkan untuk membuat dunia ini menjadi tempat kehidupan yang lebih baik., bukankah sudah sepantasnya kita melakukannya dengan segala kemampuan terbaik kita.

Ada 5 sikap profesional yang sangat esensial sebagai seorang akademisi dalam persfektif moral & intelektual, yang merupakan aturan makro & bersifat pokok, yang mana aturan- aturan tersebut adalah sebagai berikut :

A. KONSENTRASI

Seorang akademisi yang profesional harus belajar mampu menggunakan energinya secara tepat, jangan membuangnya untuk ha-hal yang percuma. Anda harus mengkonsentrasikan diri pada hal-hal yang sebenarnya menjadi tugas anda, dan tidak memboroskan perhatian pada masalah masalah yang tidak releven atau aktivitas-aktivitas yang tidak produktif. Seperti berfikiran negatif (su’uzon) serta membuat rumor/ gosip murahan yang menyesatkan. Selain kondisi diatas, dalam situasi yang saling berlainan, disetiap institusi tedapat hal-hal yang secara potensial dapat menumbuhkan aktivitas yang tidak produktif, seperti contoh sikap iri/dengki, arogan, sombong atau dendam-dendam yang sifatnya pribadi. Semua itu menghamburkan waktu dan energy, dengan kata lain mampu membuat jalannya pekerjaan menjadi tidak efektif.

B. BERTINDAK HATI-HATI

Seorang akademisi yang bijaksana selalu memisahkan kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Sebaiknya diingat, mengungkapkan rahasia pribadi kepada seorang kolega terdekat, akibat jeleknya mungkin tidak timbul seketika. Tapi suatu saat dapat berdampak merusak ketika rekan anda tadi menyampaikan cerita tersebut pada seseorang yang hubungannya mungkin tidak begitu baik dengan anda. Dengan alasan ini, seorang akademisi yang bijak senantiasa menjaga informasi-informasi yang kritis terhadap superioritas dirinya. Bertindak bijaksana juga berarti bertindak sebagai suatu sosok yang bisa di percaya, baik secara profesional maupun tim. Ini ada hubungan nya dengan tidak terbiasa atau latah dalam menceritakan pengalaman-pengalaman yang sifatnya pribadi.

C. JANGAN SIA-SIAKAN WAKTU

Dalam proses bekerja, waktu itu sangat berharga. Seorang akademisi yang bijak, sadar akan hal ini dan tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya. Tidak hanya waktunya tapi juga waktu orang lain. Mereka selalu mengalokasikan pemakaian waktu secara efektif, dan menjadikan sebagian besar waktunya sebagai waktu-waktu yang penuh aktivitas. Salah satu kecerobohan terbesar, baik dalam aktifitas sosial maupun profesionalisme, adalah kebiasaan terlambat. Contoh nya, telambat masuk kerja dikantor, terlambat datang pada saat akan rapat, terlambat datang untuk mengajar atau mengawas ujian, bahkan masih banyak lagi bentuk keterlambatan yang tidak pernah kita sadari, dan anehnya hal tersebut menjadi hal yang dianggap biasa dan wajar sehingga akhirnya membudaya. Kita sering lupa, bila tiap orang dalam sebuah instituti pendidikan membuang waktu beberapa menit saja, maka potensi dan daya berfikir kita sedikit demi sedikit demi sedikit akan mengalami keuzuran dan mandul.

D. DAPAT DIANDALKAN

Salah satu tonggak penopang keberhasilan seorang akademisi adalah kemampuannya untuk terus dapat diandalkan. Dengan alasan tersebut, seorang akademisi dapat meningkat kedudukannya, misalnya, dia harus pula untuk melaksanakan tanggung jawab dari tugas rutinnya maupun tugas-tugas khusus secara penuh. Ia juga harus menggunakan inisiatifnya agar tugas-tugasnya berjalan lancar, tidak mencari cara asal saja atu sekedar memenuhi rutinitas, akan tetapi selalu berusaha memenuhi deadlne.

E. BERFIKIR POSITIF

Seorang akademisi yang benar-benar profesional, pada umumnya secara fisik juga sehat dan senantiasa berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif. Ia bisa menemukan peluang dibalik permasalahan, dan tidak membiarkan diri terhanyut dalam frustasi akibat apapun. Orang semacam ini juga cenderung mendorong orang lain agar bersikap yang sama. Dalam pada itu, tidak sedikit karyawan yang selalu sibuk dengan keluhan ketika menghadapi tantangan, mereka sama sekali tidak melihat sisi-sisi yang baik dari tempat mereka bekerja. Sikap negatif seperti ini tidak hanya menyia-nyiakan waktu dan membuang-buang energi, tetapi juga dengan cepat bisa menular pada rekan yang lain dan berakibat buruk pada suasana moralitas perusahaan.

Setiap orang pasti mempunyai masalah, dan hal tersebut membutuhkan inisiatif dan kreativitas untuk melihat sisi positif yang ada di balik masalah tersebut, sehingga kita harus lebih mawas diri, bisa menempatkan diri dan tahu diri.

[tatasutabri/080710/sentra.edukasi.anak.bangsa]
Visit MY BLOG : tatasutabri.webnode.com