Senin, 21 Desember 2009

MENDULANG GAGASAN MERENDA TULISAN

“ENGGAK MOOD !” bisa di pastikan menjadi jawaban paling umum ketika suasana hati bermasalah. Mood menjadi kata kunci paling penting ketika produktifitas dan kreatifitas diharapkan. Kata mood ibarat tuah yang membuat seseorang bersemangat sama sekali atau sebaliknya tidak sama sekali. Menulis pun kehadirannya di latar belakangi oleh kata mood. Tanpa mood dan tanpa suasana hati yang memadai, maka datangnya inspirasi adalah omong kosong, apalagi mengharapkan kreativitas tinggi. Boleh jadi seorang hanya akan ”konsumtif”, menghabiskan waktu dan bahkan kemungkinan membuang tenaga & pikiran untuk aktivitas yang tidak perlu di bandingkan dengan menyadari bernilainya waktu itu sendiri.

Masalahnya, bagaimana agar tiap orang memliki mood. Hanya dengannya tiap orang berkemungkinan menjadi manusia produktif. Produktivitas menulis adalah tujuan ideal siapapun. Dengannya seseorang bisa melipatgandakan semangat, sealigus memiliki kepekaan dan kemampuan luar biasa untuk selalu menyalurkan dan menyalin gagasan abstrak dalam wujud tulisan. Baginya, selalu terbuka inspirasi maksimal menuangkan gagasan apapun ke bentuk tulisan apapun, kapanpun& bahkan dimanapun bila perlu. Mood harus di ibaratkan bola yang memiliki kelenturan. Dikuasai kedua kaki, digoek mengatasi penjagaan dan di golkan sebanyak mungkin. Setrategi bermain ada di dalamnya dengan mendayagunakan kapasitas dan kemampuan. Keduanya harus digali.

Calon penulis dapat belajar dari permainan bola ada 2(dua) setrategi yang dapat di pertimbangkan dalam mendulang gagasan adalah setrategi definisir dan offensif. Setrategi pertama menunggu bola dan setrategi kedua menjemput bola. Manusia yang menunggu bola cenderung pasif, gagasan adalah kata aktif yang dianggap akan selalu begerak mendatanginya, bukan sebaliknya. Sikapnya hanyalah menunggu. Gagasan ibarat penantian pada seseorang tamu penting untuk mengajaknya bercakap-cakap dengan penuh motivasi. Penantian tidaklah berbeda dengan penerimaan., terserah kedatangan ilham. Kedatangannya tidaklah berbeda dengan seorang ang enanti durian runtuh. Bisa jadi, nasibnya bergantung peruntungan mengingat serba di tunggu.

Sebaliknya, pemain menjemput bola adalah pemain yang bergerak bebas dan dinamis untuk melakukan pencarian dalam tiap ruang dan waktu. Setrategi menjemput bola selalu membiarkan diri berlari, mengejar, merebut dan menyarangkan bola. Dalam ukuran menulis, sesempit apapun peluang baginya adalah bekerja dengan cerdas, artinya ia melaukan ofensif dengan membombardir peluang. Setrategi menjemput bola berarti bergerak dan mencari gagasan seideal dan sebanyak mungkin. Nasibnya diukur melalui kualitatif. Pelakunya selalu mendatangi dan menciptakan suasana. Gagasan arus selalu di jemput dan dikelola baik dengan membaca, mengamati, maupun mendengarkan, maupun mengamati. Sebuah tulisan mendalam memungkinkan penulis bermain pada satu jenis topik dengan pengolahan terfokus. Sebaliknya, tulisan meluas memungkinkan beragamnya gagasan, amsalah dan pemecaannya, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa tulisan bermain di permukaan dan tidak mendalam.

Setrategi menjemput bola membuat penulisnya berburu dengan waktu. Penulis tidak statis disatu tempat, tetapi selalu bergaul dan bergulat dengan pemikiran dan wawasan baru sekaligus. Aktivitas ”turun gunung” dilakukan sebagai kesadaran memproses diri. Gagasan selalu di jemput dan ditundukan dengan pergerakan kreasi maksimal dan optimal.

Hobi naik gunung, misalnya, bukan hanya menghabiskan energi fisik, melainkan mengendapkan penghayatan menjadi cerita petualangan, atau ergi ke MAL bukannya sekedar jalan-jalan, tetapi mengungkap kehidupan lain. Begitupun ke kampus, sekola, kantor, stasiun kereta, terminal bus dan lain sebagainya. Hal tersebut di atas bukannya dipahami sebatas benda fisik mati, tetapi dihidpkan sebagai sebuah peristiwa. Syukur-syukur kepekaannya diasa dengan menceritakan kejadian yang khas dan klasik, melawan arus, aneh, tidak tebiasa dan mungkin nyeleneh.

Setrategi pencarian yang ofensif, dalam sebua tim bola, berarti pemain berpotensi melakkan eksperimentasi, begitupun ketika menurunkan gagasan. Bahwa kesadarannya dalam menulis tidak sebatas melengkapi komposisi, tetapi memberi nilai tambah dan pengayaan sendiri. Meskipun dikejar waktu, penulis yang baik masih tetap mampu mempertaruhkan kualitas tulisannya secara benar, bertanggung jawab, tidak dangkal, apalagi basi atau klise. Bacaan adalah sumber inspirasi dan referensi, tontonan adalah sumber ilham dan pengalaman sedangkan pengamatan adalah suatu perenungan. Setiap hal tidaklah berbeda dengan kayu bagi nyala api kreativitas. Sumbu yang menggelorakan semangat penulisan. Dengan kata lain situasi dan kondisi apapun yang di lakoni adalah bagian dari proses mencipta.

Gambaran tersebut hanyalah beberapa tema yang memungkinkan setiap pengamatan dan tontonan diproduksi jadi tulisan. Kuncinya, kita harus memiliki kepekaan dan renungan tanpa perlu malu mengua tulisan sekecil apapun dalam pengayaan nilai moral & intelektual. Hanya penulis yang berkemauan membuka dirilah yang mengerti bgaimana harusnya memanfaatkan gagasan yang menjadi komposisi yang mengundang minat baca, bukan sebatas kata-kata tanpa nyawa. Gugahlah emosi sedalam mungkin dengan narasi dan opini secerdas mungkin dalam argumentasi.

------------------------------------------------------------------
Tata Sutabri – Pemerhati Pendidikan